Wednesday 7 September 2016

Sedikit Saran Untuk Warga Kota Medan

Setelah sekian tahun hilang dari peredaran, akhirnya saya memutuskan untuk mengemukakan opini tentang ancaman nyata untuk negara kita Indonesia. Sebelumnya, sejak SMA saya tidak pernah begitu repot untuk memikirkan apa yang terjadi pada bangsa dan negara sendiri. Namun, seiring umur yang semakin dewasa dan tingkat kesadaran berbangsa dan bernegara yang semakin tinggi, saya mulai mengamati beberapa kejadian yang terjadi di negara tercinta ini. 
Tulisan ini berupa opini saya terhadap aksi percobaan bom bunuh diri di tempat asal saya yaitu Medan kota tercinta. Setelah sekian lama beranjak meninggalkan Medan, entah mengapa kejadian yang berpotensi konflik semakin marak terjadi.Kejadian yang paling saya soroti adalah adanya aksi percobaan bunuh diri oleh seorang pemuda berumur 18 tahun dengan inisial IAH yang pada minggu pagi berusaha melakukan bom bunuh diri pada saat misa di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8/2016) pagi. 
Tentu, aksi tersebut dikutuk oleh berbagai pihak dan kalangan agama. Dalam beberapa perkembangan terakhir yang saya amati, pihak Kepolisian mengatakan bahwa aksi tersebut termasuk dalam aksi terorisme. Menjadi suatu dilema bagi saya saat mengetahui bahwa umat Kristen di daerah asal saya mulai mendapatkan teror dari pihak tidak bertanggung jawab. Hal yang kemudian menjadi perhatian saya adalah bahwa aksi teror ini bukan hanya menciptakan rasa tidak aman, tetapi juga memicu adanya potensi konflik di Sumatera Utara. 
Aksi teror tersebut secara tidak langsung mulai menciptakan adanya kebencian, sikap intoleran dan dendam antar umat beragama. Kondisi tersebut tentu menjadi suatu penyakit serius bagi bangsa dan negara. Tidak menutup kemungkinan, Sumatera Utara akan semakin mudah terpecah. Padahal, selama saya tinggal di daerah Sumatera Utara, belum pernah terdapat sekalipun konflik SARA di sana. 
Hal ini menjadi perhatian bagi saya yang kemudian dituangkan dalam tulisan ini. Bagian penting yang ingin saya sampaikan khususnya kepada umat Kristen di Medan adalah agar kita tidak saling menyalahkan agama tertentu. Kita tentu mengetahui bahwa tidak ada jaran agama manapun yang mengajarkan hal - hal keji seperti itu. Hanya saja, beberapa orang mungkin memiliki pola pikir yang sesat terkait agama. Disinilah pentingnya kita untuk menyadari bahwa bukan agama yang salah atas setiap aksi terorisme, melainkan segelintir pihak dengan kesesatan berpikir.
Kita pastinya tidak ingin memperkeruh keadaan dengan memicu konflik SARA, bukan? Karenanya, marilah kita lebih berpikir kritis terhadap setiap peristiwa yang terjadi dan tidak secara langsung menyudutkan pihak tertentu sebagai pelaku kejahatan. Semboyan negara kita Bhineka Tunggal Ika memiliki nilai filosofis yang seharusnya kita aplikasikan dalam kehidupan bernegara. Marilah kita tingkatkan persatuan dan menghindari adanya perpecahan untuk Indonesia yang semakin di depan.